Jakarta, 13 Oktober 2025
Cerita di balik duka: Pastikan Allah memberikan yang terbaik, kita hanya menjalankan syariatnya. Photo profile keceriaan Guru Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah ini belum tentu sama dengan keceriaan perasaan dan hatinya. Senyum bahkan ketawanya bukan berarti perasaan dan hatinya juga senyum. Perjalanan Guru Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah, dalam mendampingi putra-putrinya untuk tumbuh dan berkembang di ruang yang selama ini minim dukungan, menjadi cerita yang menarik.
Cibiran, ketidakadilan perlakuan, bahkan rasa putus asa pun sering kali dirasakan Guru Madrasah Pinggir Teluk Jakarta ini. Alih-alih memberikan dukungan baik moril maupun spirituil, apalagi materiil, sebatas mengucapkan selamat saja, menunggu kita juara. Kementrian Agama pun yang menjadi induk madrasah, seolah tak tahu kalau Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah ini ada. Seolah tak mau tahu kalau madrasah swasta juga ingin tumbuh dan berkembang seperti madrasah-madrasah negeri yang selama ini selalu menjadi anak emasnya.
Kesedihan inipun belum cukup rasanya dapat digambarkan dengan kata-kata. Keterbatasan, baik dari segi pembiayaan, fasilitas, daya dukung orang tua, daya dukung lembaga melengkapi penderitaan kami. Sering kali (kalau tidak boleh dikatakan selalu), kami harus menerobos kebuntuan keterbatasan ini hanya berbekal semangat. Semangat memberikan yang terbaik untuk masa depan anak-anak kita.
Beruntung kami masih mendapatkan kebaikan-kebaikan dari Allah. Jujur, setiap langkah yang kami jalani tidak terpikirkan menjadi bagian yang bisa memenangkan pertandingan. Bagi kami ikut menjadi pemain dalam pertandingan adalah suatu kemenangan. Kami memberikan energi keberanian, memberi dorongan untuk tetap semangat dalam keterbatasan. Hati ini teriris, melihat madrasah-madrasah lain menyantap sajian makanan bermerk, yang bagi kami itu sangat jarang dan menjadi barang mewah. Namun kami harus menyampaikan kepada putra-putri kami, sabar ya nak, kita nanti makan bakso grobakan abang-abang sepuluh ribuan.
Namun keyakinan kami hanya satu, anak-anak harus mendapatkan pelayanan yang terbaik menurut kami, karena pelayanan terbaik kami belum tentu menjadi standar pelayanan terbaik pada umumnya. Kami terus berusaha memberikan yang terbaik. Kami hanya pengin anak-anak kami dianggap sejajar dengan anak-anak madrasah lain. Kami ingin mendapatkan kesempatan yang sama, untuk tumbuh dan berkembang.
Kami sering merasa lelah. Walaupaun sering disalahkan oleh ahli-ahli menejemen. Ya susahlah, Anda bekerja sendirian. Anda bekerja tidak membangun tim. Anda bekerja tidak profesional. Anda bekerja serabutan, Anda bekerja tanpa konsep, Anda bekerja tanpa perencanaan, Anda bekerja tanpa, tanpa, tanpa dan tanpa. Stigma negatif sering kami dapatkan dari orang-orang yang sering kali mengoreksi cara kerja kami.
Ya Allah, cerita di balik duka ini tidak bermaksud untuk mengeluh. Kami, Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah bisa jadi mewakili madrasah-madrasah swasta lainnya. Madrasah yang sering kali distempel sebagai madrasah yang tidak ingin maju. Madrasah yang sering dicap sebagai madrasah asal jalan. Madrasah yang sering dinarasikan sebagai madrasah yang susah mendapatkan siswa karena mutunya kurang bagus. Namun kami tetap mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Keadilan Allah tidak pilih kasih. Keadilan Allah tidak hanya untuk orang berduit. Keadilan Allah tidak hanya untuk siswa-siswi madrasah negeri. Keadilan Allah meliputi semua makhluk yang ada di bumi ini. (Humas MA YAPIS Al-Oesmaniyyah)
Mili eluh mripatku... ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusTerima kasih atas presiasinya. Biarkan itu menjadi kekuatan kami.
Hapus