Post Page Advertisement [Top]

ArtikelHumasLayanan

MADRASAH ALIYAH YAPIS AL-OESMANIYYAH LAKUKAN TAKZIYAH KE KELUARGA BESAR DI MADURA

Jakarta, 06 September 2023

“Innalillahi wa innailaihi raaji'un.” Salah satu pesan tersebut terkirim di grup Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah pukul 06:00 WIB. Dalam pesan tersebut menyampaikan bahwa, ada salah satu orang tua Guru Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah meninggal dunia. Tepatnya Ayahanda dari Bapak Ali Helmi, S.T, Wakil Kepala Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyyah, Jakarta Utara. Ungkapan rasa turut berduka atas meninggalnya Bapak H. Bahrik Bin H. Hasan,  itupun mengalir dari seluruh Guru, karyawan, wali murid, siswa dan seluruh keluarga besar Yayasan Pesantren Islam Al-Oesmaniyyah PTDI.

Berita yang cukup mengagetkan ini, membuat diri kita begitu merasa kehilangan terhadap orang-orang yang kita cintai, walaupun kita sadar betul bahwa perpisahan itu pasti terjadi. Tim Kecil Madrasah Aliyah YAPIS Al-Oesmaniyah yang lansung mendapatkan tugas dari Kepala Madrasah langsung tancap gas mempersipakan diri untuk melakukan takziyah ke kediamanan sohibul musibah, Bapak Ali Helmi, S.T di Pulau Giligenting, yang masih dalam gugusan Pulau Madura, tepatnya di Desa Gedugan, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.

Tim Kecil yang terdiri dari Bapak Basuki, S.Si, Bapak Imam Faqih, S.Pd.I, Ibu Sondang Nauli, Bapak Komite Madrasah, Bapak Ali Muhadi, berangkat ke Madura berserta Isteri Bapak Ali Helmi, S.T, Ibu Haniyyah, untuk melakukan takziah. Namun pada akhirnya,  Bapak Imam Faqih, S.Pd.I tidak dapat menyertai kegiatan takziyah ke Madura ini, terkait berbagai urausan yang tidak dapat ditinggalkan. Tim Kecil juga dilengkapi oleh keluarga besar MA YAPIS Al-Oesmaniyyah yang sedang berkuliah di UIN Surakarta, Ananda Agung Wibowo dan Ananda Heri Purwanda serta ditambah Lik Edi sebagai Co-driver.

Jauh memang, jika diukur dari jarak dan waktu untuk kegiatan takziyah dari Tim Kecil Madrasah Pinggiran ini. Akan tetapi, ketika seseorang tengah mengalami musibah, tradisi takziah dilakukan dengan cara menghadiri dan mendoakaan. Hal itu termasuk  bentuk empati dari suatu sosial. Ada yang menarik dari kata takziah. Apakah takziah adalah sebuah tradisi? Atau memang Takziah sebuah dari budaya? Atau bahkan takziah adalah suatu kewajiban. Mari kita telaah lebih dalam sejarah takziah.

Asal kata takziah disebutkan dalam Buku Pegangan Guru Akidah Akhlak oleh Marliah, adalah azza-yu'azzi berati menyabarkan, menghibur, menjadi penawar kesedihannya, serta menganjurkan untuk bersabar.

Sayyid Sabiq mengemukakan pengertian takziah dalam Buku Fiqih Sunnah 2, yakni al-aza yang artinya sabar atau tabah. Takziah disebut sebagai upaya menghibur dan meringankan kesedihan bagi keluarga yang ditinggal wafat agar bisa sabar dan tabah dalam melalui cobaan yang menimpa.

Kaitan dengan takziah, Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar ab-Nawawiyyah juga mendefinisikan:

 

واعلم أن التعزية هي التصبير، وذكر ما يسلّي صاحب الميت، ويخفّف حزنه، ويهوّن مصيبته، وهي مستحبة، فإنها مشتملة على الأمر بالمعروف، والنهي عن المنكر، وهي داخلة أيضاً في قول الله تعالى: (وَتَعاونُوا على البِرّ والتَّقْوَى)، وهذا أحسن ما يُستدلّ به في التعزية.

 

Artinya: “Ketahuilah, takziah hakikatnya adalah tashabbur (mengajak sabar), menyampaikan hal-hal yang dapat menghibur keluarga orang meninggal, meringankan kesedihannya, dan memudahkan urusan musibahnya. Hukum takziah sendiri adalah sunnah. Ia mercakup urusan amar makruf dan nahi. Ia juga termasuk ke dalam firman Allah, Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, (QS. Al-Maidah [al-Maidah [5]: 2). Ayat ini merupakan dalil paling kuat dalam urusan takziah (Lihat: Imam an-Nawawi, al-Adzkar ab-Nawawiyyah, Daru Ihya Ihya, hal. 121).



Begitulah makna keluarga, ada penghiburan di saat saudara lain berduka, ada yang menasehati disaat saudara lain melanggar, ada yang mengingatkan saat saudara lain dalam kesenangan. Dimensi kehidupan sosial inilah yang akan selalu memperkuat ikatan persaudaraan sesama muslim. Menguatkan yang lemah, menghibur yang sedih, membantu yang sempit, mempermudah yang sulit yang kesemuanya adalah bentuk perhatian atau empati sesama muslim. (Humas MA YAPIS Al-Oesmaniyyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]