Post Page Advertisement [Top]

ArtikelHumasKesiswaanpendidikan

KISAH INSPIRATIF: CELAAN TETANGGA MENJADI PEMICU FAUZIYAH SALSALBILA BEKERJA KERAS MENGGAPAI TEMPAT KULIAH TERHORMAT

“Mama jika sudah besar nanti aku ingin menjadi orang yang sukses dan bisa bekerja digedung gedung besar itu, kayaknya keren ya ma?” ucap seorang anak berusia 10 tahun sambil menunjuk ke arah televisi yang menayangkan gambar gedung kantoran.

“Maka dari itu kamu harus sekolah yang tinggi ya, kalau mau kerja di sana harus jadi anak pintar,” ucap sang ibu.

“Oh kalau begitu aku akan rajin belajar dan sekolah yang tinggi supaya bisa jadi orang yang kaya hebat kan ma?” ujar sang anak.

“Nak orang yang hebat bukanlah orang yang kaya, tapi orang yang bisa membantu sesama yaitu orang yang bermanfaat bagi orang lain,” ucap sang ibu.

“Kalau begitu aku akan jadi orang kaya yang bermanfaat bagi orang lain, betulkan ma,” ucap sang anak.

“Anak mama emang pinter,” ucap sang ibu.


Seperti itulah kira kira percakapan 8 tahun lalu. Percakapan anak perempuan yang bernama Fauziyah Salsabila dan ibunya. Anak dari alm. Bapak Budi Murtopo dan Ibu Tazkiyah. Anak ke tiga dari lima bersaudara. Anak seorang supir angkot. Namun Ayahnya meninggal tepat disaat ia kelas 6 Sekolah Dasar. Sejak saat itu kehidupannya berubah, Ibunya kini harus bekerja menjadi penjahit konpeksi garmen, demi menghidupi keluarganya, menggantikan sosok ayah sekaligus menjadi sosok ibu. Berjuang menghidupi lima anak seorang diri.


Ternyata Fauziyah Salsabila sosok yang sering disapa Fauziyah menepati perkataannya saat kecil dulu. Ia belajar dengan rajin dan berusaha menjadi anak yang pintar. Ia tau ibunya berjuang seorang diri demi dirinya, kakak, dan adiknya maka dari itu ia tidak pernah ingin mengecewakan ibunya sedikitpun. Dapat dilihat dari semangatnya dalam mengikuti berbagai perlombaan dan  memenangkannya. Berbagai lomba diikutinya mewakili madrasah tercintanya.


Fauziyah mengamankan Juara 1 di ajang Kompetisi Sains Madrasah Tingkat Jakarta Utara bidang studi Kimia tingkat MA/SMA, dan menghantarkan madrasah pinggiran ini menjadi juara umum Tingkat Kota Jakarta Utara. Fauziyah juara masuk semifinalis Kompetisi Sains Siswa Muslim Indonesia KoSSMI bidang studi Kimia tingkat SLTA, dan Kompetisi yang lainnya yang bersifat nasional.



Seringkali ditanya oleh tetangga, “lulus sekolah mau kerja dimana?” dengan yakin Fauziyah menjawab “Insyaallah mau kuliah,” tak sedikit celaan dari tetangga sekitar “anak seorang penjahit memang bisa lanjut kuliah?” Namun Fauziyah yakin tidak ada yang tak mungkin bagi Allah SWT. Usaha dan keyakinan itulah yang sekarang membuahkan hasil di hidupnya, yaitu berhasil diterima di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Sistem Informasi Kelautan.

Menjadi bodoh  atau pintar, kaya atau miskin, itu adalah sebuah pilihan menurutnya. Dan pilihan itu ada ditangan kita sendiri, tinggal bagaimana kita mau berusaha atau tidak? Mau mencoba atau tidak? Mau berdoa atau tidak? Allah SWT pasti akan memberikan jalan bagi hambanya yang bersungguh sungguh, berdoa, dan berusaha. Filosofi yang terdengar klise namun yang selalu ditanamkan didalam diri Fauziyah juga yaitu “Apa yang kita tanam itulah yang kita tuai” ia percaya seorang petani ketika menanam padi tidak mungkin tumbuh jagung dan sebaliknya. Maka lakukanlah yang terbaik kamu juga pasti akan mendapatkan yang terbaik. Apa yang kita dapatkan hari ini adalah hasil dari apa yang kita lakukan dimasa lalu. Jika ingin mendapat hasil yang baik, mulai dari sekarang ayo lakukanlah yang terbaik pula. 

“Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan”-Imam Syafi’i-

4 komentar:

  1. MasyaAllah semangat terus nak❤️

    BalasHapus
  2. Fauziyah keren,bangga punya temen kaya kamu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih let's achieve everything slowly and surely manteman✨

      Hapus

Bottom Ad [Post Page]